Kamis, 05 November 2015

Sistem atau Manusia kah yang Perlu Kita Perbaiki?


          Banyak permasalahan yang terjadi saat ini. Dan banyak pula penanganan yang dilakukan untuk menuntaskan masalah tersebut. Namun, permasalahan tersebut seakan sebuah harga mutlak yang tidak dapat dihilangkan dari muka bumi ini. Mengapa demikian? Problem solve yang ada seakan hanya memiliki dua kemungkinan. Pertama, problem solve yang dilaksanakan hanyalah legitimasi belaka. Hanya sebuah bentuk peningkatan eksistensi kepada masyarakat luas bahwa sekumpulan orang yang kita sebut dengan government sudah turut andil dalam masalah tersebut. Problem solve yang dilaksanakan hanya sebuah kewajiban “yang penting terlaksana” dengan tujuan meningkatkan pamor agar dipercaya untuk selanjutnya.
            Menjaga kepercayaan. Ada banyak tafsiran mengenai hal ini sekarang. Bagi masyarakat luas, menjaga kepercayaan didefinisikan dengan suatu tindakan menjaga keberlangsungan pelimpahan tugas kepada seseorang yang dimandati. Namun, yang perlu diperhatikan disini adalah cara menjaga kepercayaan tersebut. Penulis yakin, banyak dari Anda yang sudah mengerti akan hal ini. Ketika suatu waktu, presiden Indonesia mengunjungi sekolah Anda, apakah yang akan dilakukan sekolah Anda untuk mempersiapkan hal tersebut? Pasti dan yakin seluruh elemen sekolah Anda akan “dibenahi”. Definisi dibenahi disini tidaklah sesuai dengan fakta yang terjadi. Bahkan biasanya, berbagai kegiatan yang tampak biasa akan dilebih-lebihkan, yang selanjutnya mengarah pada pembohongan publik. Penulis disini tidak bermaksud untuk menjugde bahwa hal ini salah, namun hanya sekadar ingin beropini.
            Kedua, pelaksanaan problem solve biasanya ditujukan untuk melancarkan suatu aliran dana tertentu. Maksud dari hal ini adalah ketika kita melaksanakan suatu kegiatan pasti akan ada biaya yang dikeluarkan. Nah, pada saat pembuatan dana ini, terkadang dilebihkan dengan dalil mencegah terjadi defisit, namun faktanya tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Dana berlebih tersebut biasanya digunakan untuk mempermudah akses mereka bersosialisasi dengan orang lain (baca : lobbying). Jika lobbying ini dilaksanakan demi keberlangsungan hidup umum (baca : orang banyak), maka tidak akan begitu bermasalahan, namun jika lobbying dilakukan demi hanya kepentingan pribadi atau kelompok dengan dana yang bukan dari mereka sendiri, apakah hal ini tidak salah?
            Permasalahan seperti diatas itulah yang sering terjadi di masyarakat secara umum. Walau nampaknya sepele, namun dampaknya luas bagi kehidupan. Jika kita tarik ke belakang lagi, maka semua akar permasalahan ini adalah attitude pada manusianya sendiri. Bayangkan jika attitude manusia berada dalam posisi yang benar, maka dengan sistem bagaimanapun manusia tidak akan terpengaruh, bahkan dapat menyeleksinya.
            Penulis menuliskan ini, karena termotivasi oleh cerita dari seorang mahasiswa dari Belanda yang pada hari ini bercerita di dalam kelas penulis tentang negara asalnya. Ia menjelaskan bahwa prostitusi dilegalkan di sana. Mungkin akan terpikir banyak pandangan kontra dalam benak Anda. Namun, saya perlu menjelaskan sesuatu mengenai hal ini. Penulis juga termotivasi oleh dosen Bahasa Inggris penulis. Berapa banyak hukum yang dibentuk di Indonesia saat ini? Dan berapa banyak hukum yang dilanggar saat ini? Pernah terbesit mengapa segala bentuk kejahatan semakin lama semakin beranekaragam? Prostitusi Online, Penjualan Bayi Online dan lain sebagainya. Hal ini terbentuk karena pemerintah tidak melegalkan tindakan tersebut dalam keadaan konvensional. Ketidaklegalan ini memicu masyarakat untuk bertindak kreatif dan melakukan gerakan bawah tanah sehingga sulit untuk dideteksi oleh penindak hukum. Sekarang, coba bayangkan apabila hal tersebut dilegalkan, maka mereka akan tetap berada dalam trek tersebut, cara tersebut, dan mudah untuk dipantau oleh masyarakat. Mereka tidak akan berpikir lebih untuk melaksanakan gerakan rahasia-rahasia lainnya apalagi dengan media online.
Namun, jika dibiarkan apakah tidak akan merusak yang lainnya?
            Nah, disinilah inti pembicaraan hari ini. Manusia memang tidak luput akan kesalahan. Namun, kita harus yakin bahwa manusia yang baik pasti bisa berada dalam posisinya, walau terkadang salah, namun intensitas itu tidak memicu timbulnya kriminalitas sebagaimana jika ketidaklegalan itu diketuk palu. Kita perlu ingat bahwa suatu keadaan tidak akan berkembang jika tidak  ada manusia yang mendukungnya. Jadi, jika attitude manusia itu benar, maka bagaimanapun kondisi diluar sana, akan berada dalam keadaan setimbang.
            Bayangkan jika sistem yang diubah, namun manusianya tetap dalam keadaan buruk. Manusia adalah aktor dalam segala kegiatan, sehingga mereka bisa mengubah semua skenario sistem yang telah ditetapkan. Bukankah hal ini percuma? Sekarang, beradalah dalam posisi netral, inilah yang biasa penulis lakukan untuk menilai sesuatu. Apakah yang akan Anda pilih? Memperbaiki manusianya atau memperbaiki sistemnya?
            Mungkin masih ada yang berpikir bahwa pengaruh lingkungan akan lebih kuat sebagaimanapun perbaikan manusianya. Mungkin masih ada yang berasumsi bahwa sifat muatan listrik, ada dalam diri manusia. Namun, bukankah itu bisa dihilangkan dengan meningkatkan keimanan kita dan akhlak, budi pekerti kita? Sehingga, kembali lagi penulis bertanya, apakah sistem atau manusianya yang perlu diubah dan diperbaiki? 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas saran, kritik, komentar dan tanggapan dari kalian. Semoga bisa menjadikan blog ini semakin baik.