Setiap manusia tentunya suka
berprasangka. Ya, aku akan jawab sangat tentu. Bahkan, tak sedikit juga
orang-orang membuat suatu komunitas atau grup yang pada dasarnya hanya untuk
membahas atau membicarakan isu-isu di sekitarnya terutama berprasangka terhadap
sesuatu hal atau orang lain. Ini benar-benar terjadi, dan bukan hanya perempuan
yang notabenenya mendapakan stempel CEREWET
atau SUKA NGRUMPI, tak sedikit
juga laki-laki yang suka bergosip-ria atau yang trend disebut NYINYIR. Fenomena ini kadang terjadi
juga secara tidak sadar, ketika kita sedang asik bergurau dengan teman-teman
dekat kita, tiba-tiba saja ada ucapan atau pembicaraan yang mengawali
desas-desus di sekitar kita. Kondisi mengawali ini biasa kita sebut memantik pembicaraan. Prasangka memang sangat
melekat kuat dengan kehidupan kita. Bahkan, penulis sendiri seringkali tidak
sadar, jika sedang mempersangkakan sesuatu hal.
Prasangka sebagaimana dikutip dari Kamus
Besar Bahasa Indonesia memiliki makna pendapat (anggapan) yang kurang baik
mengenai sesuatu sebelum mengetahui (menyaksikan, menyelidiki) sendiri. Dari
definisi tersebut, lebih tepat apabila prasangka disinonimkan dengan kata CURIGA. Namun, ada beberapa hal “aneh”
yang penulis temukan. Ada yang membuat frasa prasangka baik dan prasangka
buruk. Apabila menilik dari definisi tersebut, maka ketika kita menyebutkan
prasangka baik berarti ada sesuatu pendapat yang kurang baik namun dapat
dinilai baik, sedangkan prasangka buruk berarti sesuatu pendapat yang kurang
baik, dan dinilai memang buruk. Penulis mencoba untuk memahami kedua frasa ini
dengan pengetahuan seadanya. Dan penulis menyimpulkan bahwa terkadang sesuatu
yang buruk belum tentu memberikan kenyataan yang buruk, terlebih jika itu hanya
sebuah anggapan atau pendapat, dan pada beberapa kasus, mungkin hal yang buruk
memang memberikan dampak yang buruk. Namun, penulis juga menambahkan bahwa baik
dan buruknya kenyataan memang tergantung dari perspektif tertentu. Bukan
berarti bahwa tidak ada yang baik secara mutlak ataupun buruk secara mutlak,
namun perlu kita sadari bahwa bagi penulis, baik atau buruknya sesuatu secara
mutlak hanya bisa ditentukan oleh Tuhan semata, dan kita manusia hanya bisa
melihat sebagian kecilnya saja. Hal ini didasarkan karena bagi penulis kita
boleh bilang kita tahu semuanya yang terjadi di depan mata kita masing-masing,
bahkan secara kasat mata kita ada di tempat melihat semua kejadian yang diduga
tersebut, misalnya. Namun, kita tidak pernah tahu secara jelas apa yang ada di
pikiran dan hati para “pemeran” dari kejadian tersebut. Secara tidak langsung,
para pembaca tadi sudah menjalani sedikit-kecil gambaran bagaimana awal dari berprasangka
melalui tulisan di atas.
Prasangka baik dalam kehidupan
sehari-hari erat hubungannya dengan berpikir positif. Namun, ada beberapa hal
yang membedakan mereka. Prasangka baik adalah dugaan baik sebelum mengetahui
sendiri kenyataannya, namun berpikir positif artinya selalu berpikir bahwa
segala hal yang terjadi, baik ataupun buruk selalu ada hal positif yang bisa
kita petik dan menjadi energi positif bagi kita untuk melangkah maju ke depan.
Keduanya memang saling mendukung. Belajar berprasangka baik merupakan langkah
awal dalam berpikir positif.
Setelah mengetahui sedikit-kecil tentang
prasangka. Penulis ingin memberikan sedikit pemikiran penulis yang tanpa sengaja
terlintas di benak. Kita tahu bahwa baru-baru ini pemerintah mengumumkan
kenaikan biaya non pajak seperti pembuatan STNK, BPKB dan lain-lain. Setelah
desas-desus mengenai informasi ini tersampaikan, masyarakat berbondong-bondong
memenuhi kantor samsat, untuk melunasi pajak-pajak kendaraan bahkan mengurusi
surat-surat kelengkapan kendaraan sebelum waktu kenaikan biaya itu tiba.
Padahal, pajak kendaraan tidak termasuk dalam perihal kenaikan biaya tersebut.
Ada kesalahan persepsi disini. Masyarakat banyak menilai bahwa kenaikan biaya
ini sangat memberatkan rakyat. Namun, ada hal positif yang dapat kita ambil
disini. Dengan desas-desus tersebut, masyarakat menjadi sadar bahwa
menyelesaikan surat-surat kendaraan itu adalah penting dan membayar pajak tepat
waktu itu adalah penting, bagi pendapatan negara yang akhirnya juga akan
digunakan bagi pembangunan di berbagai wilayah. Mungkin ada yang berpikir
banyak pejabat korupsi, dan semakin banyak pendapatan negara, semakin besar
jumlah pendapatan yang bisa di korupsi? Bagi penulis ini hal yang berbeda.
Korupsi adalah kasus lain.
Bagian kedua yang terpikir dalam benak
penulis adalah mengenai desas-desus kebijakan impor beberapa kebutuhan pokok.
Beberapa masyarakat mungkin memprotes ini. Dan berprasangka buruk, dan mungkin
ini masih desas-desus. Bagi penulis, desas-desus ini terkadang perlu untuk
diciptakan. Karena melalui isu inilah masyarakat akhirnya terdorong untuk
mencegah Indonesia mengimpor. Walau masih ada, bahkan banyak orang beranggapan
negatif mengenai isu ini, maka penulis ingin agar kita memaknai atau
beranggapan positif-lah akan kebijakan tersebut. Lawanlah isu ini dengan
melangkah positif, yaitu melindungi Indonesia dari impor tersebut dengan
meningkatkan produktivitas dalam negeri di berbagai sektor terkait, yang
tentunya melalui berbagai cara efektif yang nyata.
Bagian terakhir adalah mengenai orang tua
khususnya Ibu. Kita tentunya pernah dimarahi oleh orang tua, karena kita sering
berada di luar rumah atau bermain bersama teman-teman di luar. Mungkin beberapa
orang tua bisa menerima itu, namun beberapa lainnya ada yang merasa kesepian
karena kita selalu meninggal orang tua kita di rumah. Penulis mengajak kita
semua agar beranggapan positif pada hal ini. Karena faktanya, kita lebih sering
mengutamakan “main”nya. Dan kadang kita merasa benar, karena argumen-argumen
kita, namun setelah kita renungkan kembali, ada beberapa hal yang missed. Orang tua kita tidak pernah
meninggalkan kita sendiri di rumah, bahkan ketika terpaksa meninggalkan kita,
mereka pasti khawatir. Pertanyaan dari penulis, apakah ketika kalian
meninggalkan orang tua sendiri di rumah, kalian merasa khawatir? Apa kalian
berpikir “kan mereka udah dewasa/besar, bisa jaga diri sendiri”? Penulis
berharap untuk pertanyaan pertama terjawab ‘iya’, dan yang kedua terjawab
‘tidak’. Sejatinya, orang tua juga membutuhkan perhatian kita, terlebih jika
kita sudah mulai remaja. Mereka juga membutuhkan kedewasaan kita dalam berpikir
dan bertindak. Cobalah ubah kebiasaan kita, dengan mengajak orang tua kita
bermain bersama kita, mengajak berjalan-jalan ke suatu tempat, atau berkegiatan
di luar lainnya yang mana adalah faktor ajakan kita sendiri. Tentunya, orang
tua kita akan sangat bahagia.
Iya, begitulah yang ingin penulis
sampaikan. Prasangka memang hal yang sangat sederhana. Mudah diucapkan. Mudah
dipikirkan. Mudah buat dibayangkan. Namun, efeknya luar biasa, bahkan
seringkali tak disangka-sangka. Prasangka memang tidak mudah untuk dipisahkan
dari kehidupan manusia. Kehidupan manusia ini sangat kompleks, sehingga ketika
kita memisahkannya satu-per-satu, maka bagi penulis akan tercipta deret infinite yang kita tidah akan tahu
akhirnya, sebelum kita tahu range deret
tersebut, agar menjadi finite.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas saran, kritik, komentar dan tanggapan dari kalian. Semoga bisa menjadikan blog ini semakin baik.